MANUSIA PURBA PADA ZAMAN BATU DI INDONESIA
Disusun
untuk memenuhi tugas
mata
pelajaran Sejarah Indonesia
Kelas
X SMK Negeri 10 Semarang
Oleh :
1. Khoirun
Ni'am X NKN1
2. Akbar Tanjung X NKN1
3. Yuwanto
Sri X NKN1
4. Kurnia
Dwipa X NKN1
SMK
Negeri 10 Semarang
Jln Kokrosono 75 Semarang
Tahun Pelajaran 2013 - 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Manusia yang hidup pada zaman
Praaksara sekarang sudah berubah menjadi fosil. Fosil manusia yang ditemukan di
Indonesia dalam perkembangan terdiri dari beberapa jenis. Penemuan - penemuan
fosil ini banyak disumbang oleh Indonesia. Hal ini dikarenakan Indonesia
merupakan wilayah tropis dan mempunyai iklim yang cocok dihuni manusia kala
itu. . Dilihat dari hasil penemuan di Indonesia maka dapat dipastikan Indonesia
mempunyai banyak sejarah peradapan manusia mulai saat manusia hidup. Dengan
begitu ilmu sejarah akan terus berkembang sejalan dengan fosil-fosil yang
ditemukan. Hal ini diketahui dari kedatangan para ahli dari Eropa pada abad
ke-19, dimana mereka tertarik untuk mengadakan penelitian tentang fosil manusia
di Indonesia. Itu sebabnya makalah ini dibuat untuk mengetahui lebih jelas dan
terperinci mengenai pengertian manusia purba yang ditemukan di Indonesia serta
kehidupannya pada masa itu.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan
dibahas adalah sebagai berikut :
1.2.1 Apa yang
dimaksud manusia purba ?
1.2.2 Bagaimana pembagian
zaman batu di Indonesia !
1.2.2 Bagaimana
kehidupan manusia purba pada zaman batu ?
1.3. Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan sebagai berikut :
1.3.1 Untuk
mengetahui definisi manusia purba pada zaman batu di Indonesia
1.3.2 Untuk
mengetahui pembagian zaman batu di Indonesia
1.3.3. Untuk
mengetahui kehidupan manusia purba pada zaman batu
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Manusia Purba
Tanah air kita sudah dihuni manusia purba
sejak jutaan tahun yang lalu. Fosil-fosil manusia purba banyak ditemukan di
Indonesia yaitu sejak jutaan tahun yang lalu terutama di Pulau Jawa. Manusia purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman praaksara
atau prasejarah yaitu zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Secara fisik
cirri-ciri manusia purba mempunyai kemiripan dengan manusia modern sekarang
(homo sapiens) namun hal kecerdasaannya masih rendah (volume otak < 1200
cc) dibandingkan manusia modern . Karena itu Darwin dengan teori evolusinya
beranggapan ada hubungan evolusi antara manusia purba dengan manusia modern
sekarang. Hal ini tentunya ditentang keras oleh kaum agama.
Ditemukannya
manusia purba karena adanya fosil dan artefak. Fosil adalah sisa-sisa organisme
(manusia, hewan, dan tumbuhan) yang telah membatu yang tertimbun di dalam tanah
dalam waktu yang sangat lama. Sedangkan
artefak adalah peninggalan
masa lampau berupa alat kehidupan/hasil budaya yang terbuat dari batu, tulang,
kayu dan logam. Cara hidup mereka masih sangat
sederhana dan masih sangat bergantung pada alam. Berdasarkan peralatan yang
dipakai di kepulauan Indonesia pada masa
dikenal zaman batu dan zaman logam.
2.2. Pembagian atau Pembakan Zaman Batu
Kehidupan manusia purba dibedakan berdasarkan peralatan
yang dipakainya, maka kita mengenal zaman batu dan zaman logam. Pembahasan pada
makalah ini dibatasi pada kehidupan manusia zaman batu. Zaman batu di Indonesia
berbeda dengan daerah lain, pada zaman ini
dibedakan :
a. zaman batu tua (paleolithikum)
b. zaman batu madya (mesolithikum),
c. zaman batu muda (neolithikum) serta ada
d.zaman batu besar (megalithikum).
Pada
zaman batu ini banyak peralatan untuk kegiatan sehari-hari yang terbuat dari
batu. Alat-alat itu misalnya digunakan untuk berburu, meramu, bercocok tanam
bahkan untuk kehidupan sakral (keagamaan)
2.3. Kehidupan
Manusia Purba di Indonesia pada Zaman Batu
- Zaman Palaeolitikum artinya zaman batu tua. Zaman ini ditandai dengan penggunaan perkakas yang bentuknya sangat sederhana dan primitif. Ciri-ciri kehidupan manusia pada zaman ini, yaitu hidup berkelompok; tinggal di sekitar aliran sungai, gua, atau di atas pohon; dan mengandalkan makanan dari alam dengan cara mengumpulkan (food gathering) serta berburu. Maka dari itu, manusia purba selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain (nomaden) belum tahu bercocok tanam. Pada zaman ini alat-alatnya terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-alat tersebut adalah :
· Kapak
Genggam, banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut
"Chopper" (alat penetak/pemotong)
· Alat-alat
dari tulang binatang atau tanduk rusa : alat penusuk (belati), ujung tombak
bergerigi
· Flakes,
yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat digunakan
untuk mengupas makanan. Alat-alat dari tulang dan Flakes, termasuk
hasil kebudayaan Ngandong. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu,
menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan. Berdasarkan daerah
penemuannya maka alat-alat kebudayaan Paleolithikum tersebut dapat dikelompokan
menjadi kebudayaan Pacitan dan Ngandong.
- Zaman Mezolitikum artinya zaman batu madya (mezo) atau pertengahan. Zaman ini disebut pula zaman "mengumpulkan makanan (food gathering) tingkat lanjut", yang dimulai pada akhir zaman es, sekitar 10.000 tahun yang lampau. Para ahli memperkirakan manusia yang hidup pada zaman ini adalah bangsa Melanesoide yang merupakan nenek moyang orang Papua, Semang, Aeta, Sakai, dan Aborigin. Sama dengan zaman palaeolitikum, manusia zaman mezolitikum mendapatkan makanan dengan cara berburu dan menangkap ikan. Mereka tinggal di gua-gua di bawah bukit karang (abris souche roche), tepi pantai, dan ceruk pegunungan. Gua abris souche roche menyerupai ceruk untuk dapat melindungi diri dari panas dan hujan.
Hasil
peninggalan budaya manusia pada masa itu adalah berupa alat-alat kesenian yang
ditemukan di gua-gua dan coretan (atau lukisan) pada dinding gua, seperti di
gua Leang-leang, Sulawesi Selatan, yang ditemukan oleh Ny. Heeren Palm pada
1950. Van Stein Callenfels menemukan alat-alat tajam berupa mata panah, flakes,
serta batu penggiling di Gua Lawa dekat Sampung, Ponorogo, dan Madiun. Selain
itu, hasil peninggalannya ditemukan di tempat sampah berupa dapur kulit kerang
dan siput setinggi 7 meter di sepanjang pantai timur Sumatera yang disebut
kjokkenmoddinger. Peralatan yang ditemukan di tempat itu adalah kapak genggam
Sumatera, pabble culture, dan alat berburu dari tulang hewan.
- Zaman Neolitikum artinya zaman batu muda. Di Indonesia, zaman Neolitikum dimulai sekitar 1.500 SM. Cara hidup untuk memenuhi kebutuhannya telah mengalami perubahan pesat, dari cara food gathering menjadi food producing, yaitu dengan cara bercocok tanam dan memelihara ternak. Pada masa itu manusia sudah mulai menetap di rumah panggung untuk menghindari bahaya binatang buas.
Manusia
pada masa Neolitikum ini pun telah mulai membuat lumbung-lumbung guna menyimpan
persediaan padi dan gabah. Tradisi menyimpan padi di lumbung ini masih bisa
dilihat di Lebak, Banten. Masyarakat Baduy di sana begitu menghargai padi yang
dianggap pemberian Nyai Sri Pohaci. Mereka tak perlu membeli beras dari pihak
luar karena menjualbelikan padi dilarang secara hukum adat. Mereka rupanya
telah mempraktikkan swasembada pangan sejak zaman nenek moyang. Pada zaman ini,
manusia purba Indonesia telah mengenal dua jenis peralatan, yakni beliung
persegi dan kapak lonjong. Beliung persegi menyebar di Indonesia bagian Barat,
diperkirakan budaya ini disebarkan dari Yunan di Cina Selatan yang berimigrasi
ke Laos dan selanjutnya ke Kepulauan Indonesia. Kapak lonjong tersebar di
Indonesia bagian timur yang didatangkan dari Jepang, kemudian menyebar ke
Taiwan, Filipina, Sulawesi Utara, Maluku, Irian dan kepulauan Melanesia. Contoh
dari kapak persegi adalah yang ditemukan di Bengkulu, terbuat dari batu
kalsedon yang digunakan sebagai benda pelengkap upacara atau bekal kubur.
Sedangkan kapak lonjong yang ditemukan di Klungkung, Bali, terbuat dari batu
agats yang digunakan dalam upacara-upacara terhadap roh leluhur. Selain itu
ditemukan pula sebuah kendi yang dibuat dari tanah liat berasal dari Sumba,
Nusa Tenggara Timur. Kendi ini digunakan sebagai bekal kubur.
- Zaman Megalitikum artinya zaman batu besar. Pada zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme merupakan kepercayaan terhadap roh nenek moyang (leluhur) yang mendiami benda-benda, seperti pohon, batu, sungai, gunung, senjata tajam. Sedangkan dinamisme adalah bentuk kepercayaan bahwa segala sesuatu memiliki kekuatan atau tenaga gaib yang dapat memengaruhi terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam kehidupan manusia. Dari hasil peninggalannya, diperkirakan manusia pada Zaman Megalitikum ini sudah mengenal bentuk kepercayaan rohaniah, yaitu dengan cara memperlakukan orang yang meninggal dengan diperlakukan secara baik sebagai bentuk penghormatan.
Adanya
kepercayaan manusia purba terhadap kekuatan alam dan makhluk halus dapat
dilihat dari penemuan bangunan-bangunan kepercayaan primitif. Peninggalan yang
bersifat rohaniah pada era Megalitikum ini ditemukan di Nias, Sumba, Flores,
Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara dan Kalimantan, dalam bentuk menhir,
dolmen, sarkofagus, kuburan batu, punden berundakundak, serta arca. Menhir
adalah tugu batu sebagai tempat pemujaan; dolmen adalah meja batu untuk menaruh
sesaji; sarkopagus adalah bangunan berbentuk lesung yang menyerupai peti mati;
kuburan batu adalah lempeng batu yang disusun untuk mengubur mayat; punden
berundak adalah bangunan bertingkat-tingkat sebagai tempat pemujaan; sedangkan
arca adalah perwujudan dari subjek pemujaan yang menyerupai manusia atau
hewan.
Pada zaman ini orang sudah dapat
melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan.
Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu
sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.
Alat-alat besi yang dihasilkan
antara lain: mata kapak bertungkai kayu, mata pisau, mata sabit, mata pedang,
cangkul. Alat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa
Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur)
BAB III. PENUTUP
3.1.
Simpulan
Kepulauan
Indonesia yang terbentuk sejak lama, telah menyimpan sejarah peradaban manusia
yang panjang. Sebelum mengenal tulisan (Praaksara) wilayah kepulauan Indonesia
telah didiami manusia purba. Manusia
purba berbeda dengan manusia modern, mereka banyak sekali keterbatasannya.
Kehidupan manusia Purba pada zaman batu
sangatlah bergantung alam, berkelompok, nomaden
dan primitif.
3.2. Saran
1. Tulisan tentang manusia purba di
Indonesia ini masih banyak kekuranggan, namun demikian ini adalah usaha belajar
dari kelompok kami untuk memahami dan mengenal sejarah kehidupan manusia yang
ada di Indonesia, yaitu manusia purba. Karena itu kami mohon kritik dan
sarannya dari pembaca sekalian
2.
Agar sebagai generasi muda kita tidak melupakan sejarah peradaban bangsa
kita sendiri, khususnya dalam mengenal dan memahami kehidupan masa praaksara ketika
manusia purba hidup di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
-
Koentjaraningrat,
2004, Manusia dan Kebudayaan Indonesia.
Jakarta : Jambatan
-
______________,
2013, Sejarah Indonesia Kelas X.
Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
-
http://history1978.wordpress.com/2009/09/06/manusia-purba-di-indonesia/
KETENTUAN
PENULISAN
1.
Diketik rapi
2.
Ukuran kertas A4 (HVS Kuarto)
3.
Margin kiri 4 cm
Margin atas-bawah-kanan 3 cm
4.
Spasi antar kalimat 1,5 cm
5.
Minimal 5 halaman (tidak termasuk cover)
6.
Jenis font Times New Roman ukuran 12
7.
Sistematika penulisan sesuai contoh, dibawah ini
SISTEMATIKA PENULISAN
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
1.2.
Rumusan
Masalah
1.3.
Tujuan
Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1. ……………..
2.2. ……………..
2.3. ……………….
BAB III PENUTUP
3.1.
Simpulan
3.2.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar