Tulisan Bergerak

BELAJARLAH DARI SEJARAH

Keluargaku

Keluargaku
Album memory keluarga

Minggu, 20 Oktober 2013

Contoh Tugas Makalah Prasejarah




 MANUSIA PURBA PADA  ZAMAN BATU DI INDONESIA

Disusun untuk memenuhi tugas
mata pelajaran Sejarah Indonesia
Kelas X SMK Negeri 10 Semarang

                                         

Oleh :
1. Khoirun Ni'am       X NKN1
 2. Akbar Tanjung       X NKN1
3. Yuwanto Sri          X NKN1
4. Kurnia Dwipa        X NKN1


SMK Negeri 10 Semarang
Jln Kokrosono 75 Semarang
Tahun Pelajaran  2013 - 2014


BAB I
PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang
               Manusia yang hidup pada zaman Praaksara sekarang sudah berubah menjadi fosil. Fosil manusia yang ditemukan di Indonesia dalam perkembangan terdiri dari beberapa jenis. Penemuan - penemuan fosil ini banyak disumbang oleh Indonesia. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan wilayah tropis dan mempunyai iklim yang cocok dihuni manusia kala itu. . Dilihat dari hasil penemuan di Indonesia maka dapat dipastikan Indonesia mempunyai banyak sejarah peradapan manusia mulai saat manusia hidup. Dengan begitu ilmu sejarah akan terus berkembang sejalan dengan fosil-fosil yang ditemukan. Hal ini diketahui dari kedatangan para ahli dari Eropa pada abad ke-19, dimana mereka tertarik untuk mengadakan penelitian tentang fosil manusia di Indonesia. Itu sebabnya makalah ini dibuat untuk mengetahui lebih jelas dan terperinci mengenai pengertian manusia purba yang ditemukan di Indonesia serta kehidupannya pada masa itu.

1.2.    Rumusan Masalah
          Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1.2.1   Apa yang dimaksud manusia purba ?
1.2.2    Bagaimana pembagian zaman batu di Indonesia !
1.2.2   Bagaimana kehidupan manusia purba pada zaman batu ?

1.3.    Tujuan                                                                                        
          Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan sebagai berikut :
1.3.1   Untuk mengetahui definisi manusia purba pada zaman batu di Indonesia
1.3.2   Untuk mengetahui pembagian zaman batu di Indonesia
1.3.3.  Untuk mengetahui kehidupan manusia purba pada zaman batu





BAB II
PEMBAHASAN

2.1.  Pengertian Manusia Purba
                        
         Tanah air kita sudah dihuni manusia purba sejak jutaan tahun yang lalu. Fosil-fosil manusia purba banyak ditemukan di Indonesia yaitu sejak jutaan tahun yang lalu terutama di Pulau Jawa. Manusia purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman praaksara atau prasejarah yaitu zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Secara fisik cirri-ciri manusia purba mempunyai kemiripan dengan manusia modern sekarang (homo sapiens) namun hal kecerdasaannya masih rendah (volume otak < 1200 cc)  dibandingkan manusia modern .  Karena itu Darwin dengan teori evolusinya beranggapan ada hubungan evolusi antara manusia purba dengan manusia modern sekarang. Hal ini tentunya ditentang keras oleh kaum agama.
  Ditemukannya manusia purba karena adanya fosil dan artefak. Fosil adalah sisa-sisa organisme (manusia, hewan, dan tumbuhan) yang telah membatu yang tertimbun di dalam tanah dalam waktu yang sangat lama.  Sedangkan artefak adalah peninggalan masa lampau berupa alat kehidupan/hasil budaya yang terbuat dari batu, tulang, kayu dan logam. Cara hidup mereka masih sangat sederhana dan masih sangat bergantung pada alam. Berdasarkan peralatan yang dipakai di kepulauan Indonesia pada  masa dikenal zaman batu dan zaman logam.

2.2.  Pembagian atau Pembakan  Zaman Batu
 Kehidupan  manusia purba dibedakan berdasarkan peralatan yang dipakainya, maka kita mengenal zaman batu dan zaman logam. Pembahasan pada makalah ini dibatasi pada kehidupan manusia zaman batu. Zaman batu di Indonesia berbeda dengan daerah lain, pada zaman ini  dibedakan   :
a. zaman batu tua (paleolithikum)
b. zaman batu madya (mesolithikum),
c. zaman batu muda (neolithikum) serta ada
d.zaman batu besar (megalithikum).
 Pada zaman batu ini banyak peralatan untuk kegiatan sehari-hari yang terbuat dari batu. Alat-alat itu misalnya digunakan untuk berburu, meramu, bercocok tanam bahkan untuk kehidupan sakral (keagamaan)


2.3. Kehidupan Manusia Purba di Indonesia pada Zaman Batu
  1. Zaman Palaeolitikum artinya zaman batu tua. Zaman ini ditandai dengan penggunaan perkakas yang bentuknya sangat sederhana dan primitif. Ciri-ciri kehidupan manusia pada zaman ini, yaitu hidup berkelompok; tinggal di sekitar aliran sungai, gua, atau di atas pohon; dan mengandalkan makanan dari alam dengan cara mengumpulkan (food gathering) serta berburu. Maka dari itu, manusia purba selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain (nomaden) belum tahu bercocok tanam. Pada zaman ini alat-alatnya terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-alat tersebut adalah :
·       Kapak Genggam, banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut "Chopper" (alat penetak/pemotong)
·       Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa : alat penusuk (belati), ujung tombak bergerigi
·       Flakes, yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat digunakan untuk mengupas makanan. Alat-alat dari tulang dan Flakes, termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan. Berdasarkan daerah penemuannya maka alat-alat kebudayaan Paleolithikum tersebut dapat dikelompokan menjadi kebudayaan Pacitan dan Ngandong.
  1. Zaman Mezolitikum artinya zaman batu madya (mezo) atau pertengahan. Zaman ini disebut pula zaman "mengumpulkan makanan (food gathering) tingkat lanjut", yang dimulai pada akhir zaman es, sekitar 10.000 tahun yang lampau. Para ahli memperkirakan manusia yang hidup pada zaman ini adalah bangsa Melanesoide yang merupakan nenek moyang orang Papua, Semang, Aeta, Sakai, dan Aborigin. Sama dengan zaman palaeolitikum, manusia zaman mezolitikum mendapatkan makanan dengan cara berburu dan menangkap ikan. Mereka tinggal di gua-gua di bawah bukit karang (abris souche roche), tepi pantai, dan ceruk pegunungan. Gua abris souche roche menyerupai ceruk untuk dapat melindungi diri dari panas dan hujan.
Hasil peninggalan budaya manusia pada masa itu adalah berupa alat-alat kesenian yang ditemukan di gua-gua dan coretan (atau lukisan) pada dinding gua, seperti di gua Leang-leang, Sulawesi Selatan, yang ditemukan oleh Ny. Heeren Palm pada 1950. Van Stein Callenfels menemukan alat-alat tajam berupa mata panah, flakes, serta batu penggiling di Gua Lawa dekat Sampung, Ponorogo, dan Madiun. Selain itu, hasil peninggalannya ditemukan di tempat sampah berupa dapur kulit kerang dan siput setinggi 7 meter di sepanjang pantai timur Sumatera yang disebut kjokkenmoddinger. Peralatan yang ditemukan di tempat itu adalah kapak genggam Sumatera, pabble culture, dan alat berburu dari tulang hewan. 
  1. Zaman Neolitikum artinya zaman batu muda. Di Indonesia, zaman Neolitikum dimulai sekitar 1.500 SM. Cara hidup untuk memenuhi kebutuhannya telah mengalami perubahan pesat, dari cara food gathering menjadi food producing, yaitu dengan cara bercocok tanam dan memelihara ternak. Pada masa itu manusia sudah mulai menetap di rumah panggung untuk menghindari bahaya binatang buas.
Manusia pada masa Neolitikum ini pun telah mulai membuat lumbung-lumbung guna menyimpan persediaan padi dan gabah. Tradisi menyimpan padi di lumbung ini masih bisa dilihat di Lebak, Banten. Masyarakat Baduy di sana begitu menghargai padi yang dianggap pemberian Nyai Sri Pohaci. Mereka tak perlu membeli beras dari pihak luar karena menjualbelikan padi dilarang secara hukum adat. Mereka rupanya telah mempraktikkan swasembada pangan sejak zaman nenek moyang. Pada zaman ini, manusia purba Indonesia telah mengenal dua jenis peralatan, yakni beliung persegi dan kapak lonjong. Beliung persegi menyebar di Indonesia bagian Barat, diperkirakan budaya ini disebarkan dari Yunan di Cina Selatan yang berimigrasi ke Laos dan selanjutnya ke Kepulauan Indonesia. Kapak lonjong tersebar di Indonesia bagian timur yang didatangkan dari Jepang, kemudian menyebar ke Taiwan, Filipina, Sulawesi Utara, Maluku, Irian dan kepulauan Melanesia. Contoh dari kapak persegi adalah yang ditemukan di Bengkulu, terbuat dari batu kalsedon yang digunakan sebagai benda pelengkap upacara atau bekal kubur. Sedangkan kapak lonjong yang ditemukan di Klungkung, Bali, terbuat dari batu agats yang digunakan dalam upacara-upacara terhadap roh leluhur. Selain itu ditemukan pula sebuah kendi yang dibuat dari tanah liat berasal dari Sumba, Nusa Tenggara Timur. Kendi ini digunakan sebagai bekal kubur. 
  1. Zaman Megalitikum artinya zaman batu besar. Pada zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme merupakan kepercayaan terhadap roh nenek moyang (leluhur) yang mendiami benda-benda, seperti pohon, batu, sungai, gunung, senjata tajam. Sedangkan dinamisme adalah bentuk kepercayaan bahwa segala sesuatu memiliki kekuatan atau tenaga gaib yang dapat memengaruhi terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam kehidupan manusia. Dari hasil peninggalannya, diperkirakan manusia pada Zaman Megalitikum ini sudah mengenal bentuk kepercayaan rohaniah, yaitu dengan cara memperlakukan orang yang meninggal dengan diperlakukan secara baik sebagai bentuk penghormatan. 
Adanya kepercayaan manusia purba terhadap kekuatan alam dan makhluk halus dapat dilihat dari penemuan bangunan-bangunan kepercayaan primitif. Peninggalan yang bersifat rohaniah pada era Megalitikum ini ditemukan di Nias, Sumba, Flores, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara dan Kalimantan, dalam bentuk menhir, dolmen, sarkofagus, kuburan batu, punden berundakundak, serta arca. Menhir adalah tugu batu sebagai tempat pemujaan; dolmen adalah meja batu untuk menaruh sesaji; sarkopagus adalah bangunan berbentuk lesung yang menyerupai peti mati; kuburan batu adalah lempeng batu yang disusun untuk mengubur mayat; punden berundak adalah bangunan bertingkat-tingkat sebagai tempat pemujaan; sedangkan arca adalah perwujudan dari subjek pemujaan yang menyerupai manusia atau hewan. 
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.
Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain: mata kapak bertungkai kayu, mata pisau, mata sabit, mata pedang, cangkul. Alat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur)



BAB  III. PENUTUP
3.1.  Simpulan
Kepulauan Indonesia yang terbentuk sejak lama, telah menyimpan sejarah peradaban manusia yang panjang. Sebelum mengenal tulisan (Praaksara) wilayah kepulauan Indonesia telah didiami manusia purba.   Manusia purba berbeda dengan manusia modern, mereka banyak sekali keterbatasannya. Kehidupan manusia Purba  pada zaman batu sangatlah bergantung alam, berkelompok, nomaden  dan primitif.

3.2. Saran
       1. Tulisan tentang manusia purba di Indonesia ini masih banyak kekuranggan, namun demikian ini adalah usaha belajar dari kelompok kami untuk memahami dan mengenal sejarah kehidupan manusia yang ada di Indonesia, yaitu manusia purba. Karena itu kami mohon kritik dan sarannya dari pembaca sekalian
       2.  Agar sebagai generasi muda kita tidak melupakan sejarah peradaban bangsa kita sendiri, khususnya dalam mengenal dan memahami kehidupan masa praaksara ketika manusia purba hidup  di Indonesia.

DAFTAR  PUSTAKA

-        Koentjaraningrat, 2004, Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta : Jambatan
-        ______________, 2013, Sejarah Indonesia Kelas X. Jakarta :  Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
-        http://history1978.wordpress.com/2009/09/06/manusia-purba-di-indonesia/




KETENTUAN PENULISAN

1.    Diketik rapi
2.    Ukuran kertas A4 (HVS Kuarto)
3.    Margin kiri 4 cm  Margin atas-bawah-kanan 3 cm
4.    Spasi antar kalimat 1,5 cm
5.    Minimal 5 halaman (tidak termasuk cover)
6.    Jenis font Times New Roman ukuran 12
7.    Sistematika penulisan sesuai contoh, dibawah ini

SISTEMATIKA PENULISAN

DAFTAR ISI
BAB  I   PENDAHULUAN
1.1.         Latar Belakang
1.2.         Rumusan Masalah
1.3.         Tujuan Penulisan

BAB  II  PEMBAHASAN
2.1.  ……………..
2.2.  ……………..
2.3. ……………….

BAB III  PENUTUP
3.1.   Simpulan
3.2.   Saran

DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar